BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan
bagian dari kegiatan guru disekolah.
Proses belajar mengajar atau yang sering disebut dengan PBM berguna untuk menyampaikan informasi,
pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik.
Menurut Krisna (2009:2) Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama
dan karena adanya usaha.Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen: 1. Siswa : Seorang yang bertindak
sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. 2. Guru : Seseorang yang bertindak sebagai pengelola,
katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan
perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Isi
Pelajaran: Segala informasi berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. 5. Metode: Cara
yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka
untukmencapai tujuan. 6. Media: Bahan
pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada
siswa. 7. Evaluasi: Cara tertentu yang digunakan
untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Kenyataan
yang ada pada saat ini bahwa dalam komunikasi sering terjadi penyimpangan
sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien. Keadaan
tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : ada kecenderungan
verbalisme, ketidaksiapan peserta didik, kurang minat peserta didik, kurangnya
sarana dan prasarana pembelajaran.
Selain itu proses belajar mengajar tidak
efektif dikarenakan, sebagian guru belum sepenuhnya menerapkan model-model
pembelajaran misalnya model pembelajaran kontektual dalam proses pembelajaran,
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton
dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang
dominan aktif, sementara siswanya pasif dan sebagian siswa kelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja memiliki nilai Bahasa Bali dibawah KKM yang ditetapkan.
Dari pengamatan guru selama proses
pembelajaran berlangsung selama ini tampak hanya sekitar 50% siswa kelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja yang mendapat nilai kurang dari 5,5.
Untuk lebih jelas nilai rata-rata siswa tersebut dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 1.1. Nilai Pretest Kelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja
No
|
Nilai
|
Jumlah Siswa
|
Persentase (%)
|
Kriteria
|
1.
|
20
- 50
|
10
|
27
%
|
Tidak Tuntas
|
2.
|
51
– 60
|
21
|
57
%
|
Tuntas
|
3.
|
61
– 70
|
6
|
16
%
|
Tuntas
|
Hasil belajar tersebut masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu 60. Rendahnya hasil
belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam
menerima materi pelajaran setiap pertemuan.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas, salah satunya adalah menggunakan alat peraga gambar seperti bangun datar persegi
panjang dan segitiga untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar supaya dalam
proses belajar mengajar tercipta suasana yang kondusif. Apabila suasana yang
kondusif telah tercapai maka hasil belajar siswa akan meningkat. Tidak hanya
hasil belajarnya saja yang meningkat tetapi juga kemampuan siswa dalam
menguasai materi akan meningkat.
Untuk
meningkatkan kemampuan siswa tidak hanya menggunakan alat peraga tetapi juga
dibutuhkan guru yang professional. Guru yang professional dapat menciptakan
alat peraga yang menarik dan juga scenario pelajaran yang menyenangkan. Seorang
guru yang professional adalah menguasai kemampuan dan keterampilan, antara
lain: 1) Kemampuan menguasai bahan ajar, 2) Kemampuan dalam mengelola kelas, 3)
Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar 4) Kemampuan untuk
melakukan penilaian. Berdasarkan
uraian diatas maka, penulis sangat tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Usaha
Meningkatkan Prestasi Para Siswa dalam Pelajaran Bahasa Bali, Studi Kasus
dikelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja”.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
dikemukakan diatas, maka permasalahan yang ada dapat di identifikasikan sebagai
berikut:
- Sebagian guru belum menerapkan
model-model pembelajaran dalam proses pembelajaran.
- Kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta
interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif,
sementara siswanya pasif.
- Sebagian siswa kelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja, memiliki
nilai dibawah KKM yang ditetapkan, terutama pada pelajaran Bahasa
Bali.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam
proposal ini adalah:
1. Apa
Faktor Penyebab Kurangnya Minat Belajar Bahasa Bali di 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja?
2. Bagaimana
Metode Yang Paling Tepat Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Bahasa Bali dikelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Khusus
1.4.2 Tujuan Umum
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.2 Manfaat Praktis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Aktivitas
Menurut
Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut
Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. (Rosalia, 2005:2)
Aktivitas
siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar
mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas –
tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain,
serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
.
2.1.1. Aktivitas Belajar
Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas belajar merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai
sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang
dilaksanakan secara sengaja.
Dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan
adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar
aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 :
31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau
siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
(Rosalia, 2005:4)
(Rosalia, 2005:4)
Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi.
2.1.2. Jenis Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip diatas, diharapkan kepada guru untuk dapat mengembangkan
aktivitas siswa. Menurut
Zulfikri (2008:6) jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan
menjadi:
- Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.
- Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
- Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.
- Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimilikinya.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Menurut
Jessica (2009:1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu:
1. Faktor
Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini
lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor
yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu
: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor
Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan
faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
2.2.Belajar dan Pembelajaran
2.2.1. Beberapa Teori Belajar
Menurut
Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut
adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan,
Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi
antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,
konsep ataupun teori”.
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif,
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses
yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman,
proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
2.2.2. Prestasi Belajar
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya
diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar
berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat
diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini
beberapa definisi tentang prestasi belajar :
1.
Muhibbin
Syah (1997 : 141) menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar.
2.
Oemar
Hamalik (2001 : 159) menyatakan prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Jadi prestasi
adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja.
3.
Poerwadarmita
(1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.
Sedangkan definisi belajar menurut para ahli
sebagai berikut :
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004 : 128) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004 : 128) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hilgard dan Bower (1975 : 156) mengemukakan
bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu
yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan. M. Sobry Sutikno (2004)
mengartikan belajar adalah suatu proses usaha seseorang yang dilakukan untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Thursan Hakim (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningakatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya fakir dan kemampuan lainnya. (Krisna, 2009:1)
Thursan Hakim (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningakatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya fakir dan kemampuan lainnya. (Krisna, 2009:1)
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa
dalam bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar
ialah perubahan tingkahlaku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,
sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk
dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar siswa (Handayani, 2003:1).
2.2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto dalam bukunya, Belajar dan Faktor- yang Mempengaruhinya
(2003,54-72) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
2.2.3.1. Faktor-Faktor Intern
2.2.3.1.1. Faktor Jasmaniah
- Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan
baik segenap badan beserta bagian-bagiannya / bebas dari penyakit. Kesehatan
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannyatetap terjamin dengan cara
selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,
tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
- Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu
yang menyebabkan kurang baik ataukurang sempurna mengenai tubuh / badan. Cacat
itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah
tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini
terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan
alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2.2.3.2. Faktor
Psikologis
a.
Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan
yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui / menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
Siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia
belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang
efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh yang
positif. Jia siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat
pendidikan dilembaga pendidikan khusus.
b.
Perhatian
Perhatian meurut Gazali adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu
objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia
tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan
pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c.
Minat
Minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang, sedangkan minat selalu diikuti
dengan perasaan senang dan dari situ diperolah kepuasan.
Jika terdapat siswa yang
kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat
yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
d.
Bakat
Bakat atau aptitude menurut
Hilgard adalah: “ the capacity to learn’. Dengan kata lain bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Adalah penting untuk mengetahui bakat
siswa dan menempatkan siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e.
Motif
Dalam proses belajar haruslah
diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau
padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan
dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Motif-motif diatas
dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan,
kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Dari uraian diatas jelaslah
bahwa motif sangatlah perlu dalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat
itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan / kebiasaan dan pengaruh
lingkungan yang memperkuat, jadi latihan / kebiasaan itu sangat perlu dalam
belajar.
f.
Kematangan
Kematangan adalah suatu
tingkat / fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat
melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan
latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang
sudah matangbelum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya
akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g.
Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan
untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar
dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2.2.3.1.3. Faktor
Kelelahan
Kelelahan pada seseorang
walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu dapat mempengaruhi
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan
sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan kondisi
yang bebas dari kelelahan. Kelelahan
baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai
berikut;
a. Tidur
b. Istirahat
c. Mengusahakan variasi dalam belajar juga
dalam bekerja
d. Menggunakan obat-obatan yang bersifat
melancarkan peredaran darah
e. Rekreasi dan ibadah yang teratur.
f. Olah raga secara teratur
g. Mengimbangi makan dengan makanan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
h. Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat
menghubungi seorang ahli
2.2.3.2. Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat.
2.2.3.2.1. Faktor Keluarga
a.
Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik
anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang/
tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak/kurang
berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi
karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk
sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas
belajar.
Mendidk anak dengan cara
memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Mendidik anak dengan cara
memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk
belajar, adalah cara mendidk yang juga salah.
Disinilah bimbingan dan
penyuluhan memegang peranan yang penting. Anak / siswa ang mengalami
kesukaran-kesukaran diatas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar
yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orangtua akan sangat mempengaruhi
keberhasilan bimbingan tersebut.
b.
Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga
yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak
dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi
belajar anak.
Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak
tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih
sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan
belajar anak sendiri.
c.
Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan
sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam eluarga
dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang
penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Selanjutnya agar anak dapat
belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram.
Didalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/ betah
tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
d.
Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e.
Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan
dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan
tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orag tua wajib
memberi pengetian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak disekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui
perkembangannya.
f.
Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau
kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada
anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak
untuk belajar.
2.2.3.2.2. Faktor Sekolah
a.
Metode Mengajar
Menurut Slameto (2003:64) metode
mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode
mengajar itu mempengerui belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik
akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang
kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya dengan tidak
jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap mata pelajaran itu sendiri
tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas untuk belajar.
b.
Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan
sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian
besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi
belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap
belajar.
c.
Relasi Guru dengan Siswa
Di dalam relasi (guru dengan
siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata
pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak
maju.
d.
Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati
siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup
yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan
hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Menciptakan relasi yang baik
antarsiswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
belajar siswa.
e.
Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat
hubunganna dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Kedisiplinan sekolah mencangkup kedisiplinan guru dalam mengajar dan
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan
administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan
lain-lain. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta
siswa-siswanya, dan kedisiplinan timm BP dalam pelayanan kepada siswa.
Dengan demikian agarsiswa
belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah,
dirumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf
yang lain disiplin pula.
f.
Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat
hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh
guru pada waktu mengajar dipakai pulaoleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah
menerima bahan pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih
giat dan lebih maju.
g.
Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu
terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu itu dapat pagi hari,siang,
sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Sebaiknya siswa
belajar dipagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika
siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sydah lelah/lemah, misalnya pada
siang hari, akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena
siswa sukar berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah tadi.
Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif
terhadap belajar.
h.
Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk
mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran diatas ukuran standar.
Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru dalam menuntut
penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang
penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
i.
Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang
banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung
dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat
belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
j.
Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara
belajar yang salah. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus –
menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang
beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara
teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar
yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k.
Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah
di sekolah, disamping untuk belajar waktu dirumah biarlah digunakan untuk
kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi
tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi
untuk kegiatan lain.
2.2.3.2.3. Faktor Masyarakat
a.
Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungka terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika
siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya
berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya
akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
b.
Mass Media
Mass media yang baik memberi
pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass
meia yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh siswa
yang suka menonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas,
pencabulan, akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikaguminya
dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol
dan pembinaan dari orangtua, pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan
mundur sama sekali.
c.
Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman
bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman
bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk
juga.
Agar siswa dapat belajar
dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang
baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua dan
pendidik harus cukup bijaksana.
d.
Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar
siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari
orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai
kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada
disitu. Anak / siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan
orang-orang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak /
siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada
pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di
sekitarnya yang tidak baik tadi.
2.2.4. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar”
berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran
“an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat
seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian
yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai
isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta
didik. (Krisna, 2009:3)
2.2.5. Ciri-Ciri Pembelajaran
Menurut Eggen &
Kauchak dalam Soetarno (2001:5) menjelaskan
bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
(1)
Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap
lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk
konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, (2)
Guru menyediakan materi
sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (3) Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan
pada pengkajian, (4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian
arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) Orientasi
pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6) Guru
menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
2.2.6. Tujuan Pembelajaran
Dari
beberapa pengertian pembelajaran tersebut diatas, kata kunci dari
pembelajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya dalam
Lintang (2005:1-2) mengemukakan
ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan
yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku
yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu
yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan,
misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti
suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang
psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang
berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar
Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi
Pendidikan.
2. Perubahan
yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan
dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan
pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya,
seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”.
Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar
Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat
Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan
yang fungsional.
Setiap perubahan
perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang
bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun
masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam
psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan
perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan
yang bersifat positif.
Perubahan perilaku
yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya,
seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau
perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun
setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan
berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan
individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan
yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru,
individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya,
mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka
mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi
pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan
sebagainya.
6. Perubahan
yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku
yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang
melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar
mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan
yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan
kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek,
jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang
mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang
diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan
jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan
memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi
Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
8. Perubahan
perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar
bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh
pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya,
mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping
memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga
memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru
menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
2.3.
Media Pembelajaran
2.3.1
Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Arief Sadiman dalam bukunya, Media Pendidikan (2009:6-7), kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang diberikan orang
tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Communication Technology / AECT) di Amerika, membatasi media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu briggs (1970) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National
Education Association / NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun
batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
2.3.2.Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Arif Sadiman (2009:17-18), media
pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut;
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
daya indera, seperti misalnya;
a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan
dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model
b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor
mikro, film bingkai, film atau gambar.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu
cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high speed photography
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi
dimasa lelu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal
e. Objek yang terlalu kompleks dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain
f. Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan
dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat
dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media
pendidikan berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahan belajar
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung
antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan
c. Memungkinkan anak didik belajar
sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa
ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru
banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus dibatasi sendiri. Hal
iniakan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya
dalam:
a. Memberikan perangsang yang sama
b. Mempersamakan pengalaman
c. Menimbulkan persepsi yang sama.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah cara atau prosedur yang
digunakan untuk menganalisa suatu masalah dalam penelitian (Ratna,2004).
Kualitas penelitian tergantung pada metode yang digunakan oleh peneliti.
Menurut Jabrohim (2003,1) penelitian adalah
aktivitas atau prose sistematik untuk mengatasi masalah berdasarkan data yang
ada untuk membuat kesimpulan. Ini maksudnya adalah penelitian adalah cara yang
digunakan dalam penelitian untuk membuat kesimpulan berdasarkan masalah.
3.1.Jenis Penelitian
Banyak sekali macam-macam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif.
Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat
yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,
atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Penulis menggunakan penelitian ini karena,
selain sebagai mahasiswa peneliti juga bertugas sebagai guru. Dimana seorang
guru mengajar didalam kelas. Sehingga penelitian dilakukan di kelas untuk memudahkan
proses pengambilan data.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil
lokasi di kelas 7b2 SMP Negeri 6 Singaraja jumlah siswa 37 orang. Dengan rincian 19 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.
Penulis mengambil lokasi atau tempat ini
dengan pertimbangan bakerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam
mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai
dengan profesi penulis.
3.2.2. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis
menentukan untuk menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut
pada semester II tahun pelajaran 2014.
3.2.3. Lama Tindakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Februari, mulai dari siklus I dan siklus II.
3.2.4. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V
SDN 3 Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton dengan jumlah siswa 39 orang. Yang terdiri
dari 20 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan.
Pertimbangan penulis mengambil subjek penelitian tersebut
dimana siswa kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan
tugas seperti pekerjaan rumah, karena siswa kelas V telah mampu membaca
dan menulis.
3.3.Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan
dalam dua siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut.
3.3.1.
Siklus I
3.3.1.1.Perencanaan
1. Merencanakan pembelajaran yang akan
ditetapkan dalam proses belajar mengajar.
2. Menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
3. Memilih bahan pelajaran yang sesuai.
4. Menentukan skenario pembelajaran dengan
pendekatan konstektual dan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga gambar.
5. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu
yang dibutuhkan
6. Menyusun lembar kerja siswa
7. Mengembangkan format evaluasi
8. Mengembangkan format observasi
pembelajaran
3.3.1.2.Pelaksanaan
1. Menerapkan tindakan yang mengacu pada
skenario pembelajaran
2. Siswa membaca materi yang terdapat dalam
buku sumber
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
materi yang terdapat pada buku sumber
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
materi yang telah dipelajari
5. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa
3.3.1.3.Observasi dan Evaluasi
·
Menilai
hasil tindakan dengan menggunakan formatlembar kerja siswa.
3.3.1.4.Refleksi
- Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam
tindakan.
- Melakukan pertemuan untuk membahas
hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa
- Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
3.3.2. Siklus II
3.3.2.1.Perencanaan
1. Mengidentifikasi masalah yang muncul pada
siklus I yang belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah
2. Menentukan indikator pencapaian hasil
belajar
3. Pengembangan program tindakan II
3.3.2.2.Pelaksanaan
1. Pelaksanaan program tindakan II yang
mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I sesuai dengan
alternative pemecahan masalah yang sudah ditemukan.
2. Guru melakukan appersepsi
3. Siswa diperkenalkan dengan materi yang
akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
4. Siswa bertanya jawab
5. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar
kerja siswa
3.3.2.3.Observasi dan Evaluasi
·
Menilai
hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
3.3.2.4.Refleksi
- Melakukan evaluasi terhadap tindakan
pada silkus II berdasarkan data yang terkumpul
- Membahas hasil evaluasi tentang
skenario pembelajaran pada siklus II
- Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai dengan hasil evaluasi
- Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan
3.4.Alat Pengumpulan Data
3.4.1. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah personil penelitian yang terdiri dari siswa dan
guru. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil
belajar dan data kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi, angket dan
dokumentasi.
3.4.2. Tehnik Pengumpulan Data
1. Menggunakan lembar observasi
2. Menggunakan tes hasil belajar.
3.5. Analisis Data
Tahapan analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
- Mereduksi data atau menulis kembali data
yang ada dengan menambah atau mengurangi catatan yang ada tanpa mengubah maksud
dan inti catatan yang diperoleh. Data tersebut disingkat dan disusun
secara sistematis.
- Menyimpulkan, verifikasi dan
refleksi. Data yang sudah direduksi selanjutnya diverifikasi atau
dilakukan pengujian terhadap temuan penelitian sehingga diperoleh
kesimpulan akhir. Hasil kesimpulan akhir dilakukan refleksi untuk menyusun
rencana tindakan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2004. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hambali, Julius dkk. 1996. Pintar
Matematika. Jakarta : Dunia Pustaka jaya
Handayani,Dewi.2003.Pengertian Hasil
Belajar. http://id.shvoong.com/social- sciences/education/2046047-pengertian-definisi-hasil-belajar-dari/ (27/01/11)
Jabrohim.2003. Metodologi Penelitian
Sastra. Yogyakara: Hanindita GrahaWidya
Jessica. 2009. Pengertian Hasil Belajar.
(27/01/11)
Krisna.2009. Pengertian
dan Ciri-Ciri Belajar.
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri
pembelajaran/
(27/01/11)
Lintang.2005.Pengertian Belajar.
http://www.scribd.com/doc/6439508/Pengertian-Belajar-Lintang
(27/01/11)
Nasution,S. 1995.
Berbagai pendekatan Dalam Proses Belajar
dan Mengajar.
Jakarta:Bumi Aksara
Natawijaya,Rochman.2005.Aktivitas
Belajar. Jakarta: Depdiknas
Ratna, Kutha I
Nyoman.2004. Teori Metode dan Tehnik
Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Roji, Imam.1997. Belajar Matematika. Bandung: Yayasan
Nuansa Cendikia.
Rosalia, Tara.
2005. Aktifitas Belajar. http://id.shvoong.com/social- sciences/1961162-aktifitas-belajar/ (27/01/11)
Roseffendi,dkk.2000.Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Aji
Cakra
Sadiman,Arief S.
2009. Media Pendidikan: pengertian,
Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sadiman,Arief S.
2007. Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Sudjana,Nana.2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar
Baru
Sukmadinata.
2006. Jenis-Jenis Penelitian.
Surabaya: PT. Bina Ilmu
Soetarno.2001. Pembelajaran Efektif. Bandung: Dunia
baru
Sutomo.2010.Materi Kelas V SD
Memahami Sifat-Sifat bangun dan Hubungan
Antar bangun. http://blog.unnes.ac.id/hanifeka/2010/11/15/materi-kelas-v- sd- memahami-sifat-sifat-bangun-dan-hubungan-antarbangun/
(27/01/11)
Usman, Moh.Uzer. 2000. Menjadi
Guru Profesional. Bandung. Remaja
Rosdakarya
Zulfikri.2008.Contoh Proposal
Penelitian.
http://fikrinatuna.blogspot.com/2008/06/contoh-proposal-penelitian.html
(23/02/11)