Minggu, 24 Maret 2013

Mimbar Agama Hindu

NASKAH MIMBAR AGAMA HINDU

PENGISI ACARA

:  PEMBIMBING MASYARAKAT HINDU 
                         
  
   KANWIL KEMENTERIAN AGAMA 
                         
  
   PROVINSI SULAWESI UTARA
HARI/TANGGAL

:  9 JULI 2010
JUDUL            

:  MAKNA DAN TATA PERSEMBAHYANGAN
WAKTU          

:   18.00 - 1830
DIBAWAKAN OLEH
:   NI WAYAN ASRYANINGSIH, S.Ag



Om Swastyastu,
Saudara-saudara pendengar siaran Radio Republik Indonesia Programa satu Stasiun Manado, selamat malam dan salam berbahagia kita berjumpa kembali dalam siaran keagamaan Mimbar Agama Hindu, yang diselenggarakan atas kerjasama antara RRI Manado bersama Pembimbing Masyarakat Hindu Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara.
Saudara-saudari umat sedharma yang berbahagia dimanapun berada yang dapat mendengarkan siaran kami, adapun judul mimbar yang akan dibawakan pada saat ini adalah :

Sabtu, 23 Maret 2013

Susastra hindu_Sabha Parva



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Epic, Epos Atau Viracarita, yakni Ramayana Dan Mahabarata, asalnya adalah cerita kepahlawanan, selanjutnya menjadi sejarah susastra agama hindu dan menempati kedudukan sangat penting sebagai sumber utama bagi masyarakat pada umumnya dan juga sebagai pertanda awalnya muncul sekta-sekta dalam Agama Hindu. Kata itihasa terdiri dari tiga bagian yaitu iti + ha + asa. “iti dan “ha” adalah kata tambahan yang “indiclinable” didalam bahasa inggris. “asa” adalah kata kerja didalam bahasa inggris. Arti kata itihasa adalah “ini sudah terjadi begitu. Sesungguhnya itihasa sedikit berbeda dengan purana. Tujuan utama Purana adalah menyampaikan cerita-cerita pendidikan keagamaan,
sedang tujuan itihasa adalah menceritakan sejarah semata. Dalam itihasa ada dua cerita yakni Mahabrata dan Ramayana. Dalam makalah ini penulis akan menekankan pada epos Mahabrata. Kitab mahabrata digambarkan sebagai itihasa mahapunyah dan sering juga disebut punyah kathah (cerita penuh kebajikan). Kata Maha berarti besar atau agung sedang kata bharata berarti raja-raja dari dinasti bharata. Jadi mahabharata berarti cerita agung tentang keluarga Bharata. Raja-raja ini dikenal sebagai pandawa dan kaurawa. Buku mahabharata menceritakan tentang kedua keluarga yang berakhir dengan kemusnahan keluarga kaurawa. Pada mulanya Maharsi Veda Vyasa, menulis kitab ini dengan nama “jaya samhita”. Setelah itu Vaisampayana, muridnya sendiri dan setelah itu, Suta Ugasrava, juru cerita yang menceritakan cerita ini Epos besar Mahabharata yang sangat terkenal ini dibangun atas delapan belas parva. Parva yang penulis kaji adalah bagian kedua dari delapan belas parwa yakni sabhaparva. Dimana sabhaparva ini memiliki arti sabha=pertemuan, sidang. Parva kedua ini menceritakan tentang pandava dan kaurava hidup bersama didalam hastinapura. Yusdhisthira senatiasa ditipu oleh Duryodhana atas bujukan pamannya bernama Sakuni. Disini penulis akan mengkaji mengenai makna filosofis dan nilai teologis yang terkandung didalam sabhaparva itu sendiri. Dari uraian diatas, maka penulis mengkajinya dalam bentuk makalah yang diberi judul “makna filosofis dan teologis yang terkandung dalam sabhaparva”

Jumat, 22 Maret 2013

Penilaian Hasil Belajar


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Implementasi PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan termasuk penilaian internal (internal assessment), sedangkan yang diselenggarakan pemerintah termasuk penilaian eksternal (external assessment). Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu. Penilaian oleh Satuan Pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengendali mutu, seperti ujian nasional.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal terhadap proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah untuk menilai kompetensi peserta didik pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian dengan Penilaian Kelas sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, model penilaian kelas ini diperuntukkan khususnya bagi pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan.

Sejarah Kebudayaan Hindu




PEMBAHASAN
1.1  Budaya Ngayah
Kata Ngayah sangat populer dikalangan Umat Hindu terutama yang berasal dari Bali, setiap kali ada suatu aktivitas atau pekerjaan di sebuah pura atau fasilitas umum milik masyarakat, biasanya pememimpin masyarakat di sana akan mengajak warganya untuk “Ngayah” menyelesaikan pekerjaan secara gotong royong dengan ikhlas tanpa pamrih.  “Ngayah” bukanlah kata aneh bagi umat Hindu umumnya, atau masyarakat (Hindu) Bali khususnya. Dalam berbagai kegiatan keagamaan (Hindu) ngayah itu bagai “Oksigen” yaitu suatu kebutuhan hakiki yang